Tepat pukul 03.00 WIB dini hari, 3 Februari 2013. 10 remaja (Aji,
Bayu, Yongki, Alam, Bagas, Tyas, Wulan, Mentari, Tere, Iis) dan seorang
bapak yang bernama Pak Marno berangkat dari rumah menuju desa tertinggi
yang ada di pulau Jawa, yaitu desa Sembungan. Hawa dingin yang
menyelimuti udara dini hari itu tak menyurutkan semangat mereka yang
sudah merencanakan di malam sebelumnya untuk melihat sunrise di
Sikunir. Sebelumnya kami merencanakan berangkat jam 02.00 WIB, karena
Bapak Marno mengatakan jarak rumah sampai ke tempat tujuan cukup jauh,
dan memakan waktu kurang lebih 2 jam. Tetapi rencana itu tak sesuai
harapan karena kami bangun telat. Hal itu tidak menyurutkan semangat
kami, dan bergegas untuk berangkat.
Di perjalanan, hawa dingin itu sangat terasa menyelimuti tubuh kami,
khususnya kami yang tak terbiasa dengan hawa pegunungan, karena tempat
tinggal kami di daerah pesisiran ataupun perkotaan. Pak Marno sebagai
pemandu jalan begitu gagah mengendarai motor memimpin rombongan. Kami
begitu yakin mengikuti dari belakang secara beriringan. Dalam perjalanan
kami sempat salah jalan karena Pak Marno lupa, beliau mengatakan sudah
lama tidak berkunjung ke sana. Kami berhenti sejenak dan Pak Marno
menelfon temannya diwaktu dini hari, yang secara etika tidak baik.
Tetapi setelah mencoba menelfon akhirnya diterima telfon dari Pak Marno
dan kami mendapat jalan terang untuk melanjutkan perjalanan.
Pada awalnya kami mengira akan terlambat untuk menyaksikan sunrise
karena kami bangun terlambat. Akan tetapi bapak yang menjadi pemandu di
depan sangatlah bersemangat dan cukup kencang mengendaria mengejar sang
waktu agar cepat sampai dan bisa menyaksikan keindahan dari-Nya yang
sungguh luar biasa. Kami sebagai anak muda tak mau kalah dan mengendarai
motor dengan kencang di belakang beliau. Meskipun udara dingin menjadi
musuh kami, yang menjadikan badan terasa kaku, tentulah tidak menjadi
penghambat semangat kami.
Sampai di area penitipan motor tepat pukul 04.45 WIB. Waktu yang
menunjukkan untuk sholat subuh. Air di sana tak ada untuk dapat
digunakan wudhlu. Ada seorang pedagang yang baik hati menawarkan air
secukupnya untuk berwudhu. Akan tetapi dari beberapa dari kami memilih
untuk tayammum sebab tak kuat untuk terkena air karena sangat dingin
cuacanya. Setelah sholat selesai kami pun bergegas untuk melakukan
perjalanan dengan berjalan kaki. Berjalan menapaki jalan setapak menuju
puncak Sikunir yang jaraknya lumayan berliku dan cukup menantang adrenalin kami.
Jalan yang berliku, licin, dan terjal telah kami lalui bersama dan
itu terbayar sudah ketika sampai di puncak Sikunir. Sangatlah terkejut
karena sudah banyak orang yang sampai duluan di puncak tersebut. Mereka
juga melakukan perjalanan dengan penuh perjuangan untuk bisa melihat sunrise dari atas puncak Sikunir. Sampai di atas puncak tepat pukul 05.15 WIB, dan sunrise-pun
belum menampakkan keelokannya. Waktu yang kami nanti-nanti telah tiba,
sunrise menampakkan semburat cahaya merah keemasan yang membuat kami
sangat senang dan puas dengan apa yang kami lakukan untuk sampai di
puncak tersebut.
Keindahan yang menunjukkan kekuasaan Tuhan begitu sungguh istimewa.
Sangatlah bersyukur bisa menyaksikan kekuasaan-Nya. Keindahan yang
teristimewa itu tak pernah berbohong, sungguh mengagumkan. Perjalan yang
tak akan pernah terlupakan dalam memori. Awal mula perjalanan yang
panjang bersama kawan-kawan tercinta. Terimakasih kawan semua dan terima
kasih kepada Pak Marno beserta keluarga. _ “Cesc_AS”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar