TINDAK TUTUR HUMOR
DALAM KELAS ROMBEL LIMA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA 2011
Disusun
guna memenuhi tugas akhir mata kuliah pragmatik
Dosen
pengampu Ermi Dyah Kurnia
Oleh
:
Nama :
Anzar Subagas
Nim
: 2601411124
Rombel
: 05
BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2013
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat
psikologis, dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Tindak tutur di titikberatkan kepada makna atau arti tindak,
sedangkan peristiwa tutur lebih dititikberatkan pada tujuan peristiwanya
(Suwito, 1983:33). Dalam tindak tutur ini terjadi peristiwa tutur yang
dilakukan penutur kepada mitra tutur dalam rangka menyampaikan komunikasi.
Agustin (dikutuf Subyakto, 1992:33) menekankan tindak tutur dari segi
pembicara. Kalimat yang bentuk formalnya berupa pertanyaan memberikan
informasi dan dapat pula berfungsi melakukan suatu tindak tutur yang dilakukan
oleh penutur. Dengan demikian, penutur yang diucapkan suatu tindakan, seperti
“Pergi!”, “Silahkan Anda tinggalkan rumah ini, karena Anda belum membayar
kontraknya!”, “Saya mohon Anda meninggaln rumah ini” tindak tutur ini merupakan
suatu perintah dari penutur kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan.
Dapat
disimpulkan bahwa tindak tutur adalah
kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka
mengkomunikasikan sesuatu. Apa makna yang dikomukasikan tidak hanya dapat
dipahami berdasarkan penggunaan bahasa dalam bertutur tersebut tetapi juga
ditentukan oleh aspek-aspejk komunikasi secara komprehensif, termasuk
aspek-aspek situasional komunikasi.
Humor
adalah semacam perangsangan (stimulus) yang memancing reflek tawa. Humor
yang baik dan dapat dikatakan humor yang santun adalah humor yang bisa membuat
orang lain tertawa, tetapi tidak menyakiti perasaan orang lain juga.
Humor dalam tindak tutur
sangatlah penting, karena memberikan efek tidak monoton dalam suatu tindak
tuturan. Begitu juga yang terjadi dalam tindak
tutur mahasiswa rombel lima prodi pendidikan bahasa sastra jawa UNNES 2011.
Seperti contoh :
DENGAN
KONTEKS “KETIKA SEDANG BERDISKUSI MEMBAHAS TUGAS APA SAJA YANG SUDAH
DIKERJAKAN”.
-
: wis padha rampung tugase ca?
+ : durung, merga durung tak gauli babar blas.
1.1 Rumusan Masalah
1.
Dimana letak kelucuan tindak tutur yang
dilakukan oleh mahasiswa rombel lima prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
UNNES angkatan 2011?
2.
Ada atau tidak pelanggaran etika humor dalam
tindakan tutur mahasiswa rombel lima prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
angkatan 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui letak kelucuan tindak tutur
yang dilakukan oleh mahasiswa rombel lima prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa UNNES angkatan 2011.
2.
Untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran etika
humor dalam tindak tutur mahasiswa rombel lima prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa angkatan 2011.
Bab
II
Pembahasan
2.1 Review Jurnal
A.1 Benny & Mice
Komik
yang menyorot fenomena realitas kehidupan
social ini menceritakan Benny & Mice yang hidup termarjinalkan di
kota besar Jakarta. Setiap tuturan yang di keluarkan oleh Benny & Mice
mengandung implikasi akibat dari pelanggaran prinsip kerja sama yang dilakukan
oleh mereka dalam mengungkapkan fenomena kehidupan.
A.2 Penciptaan
Humor Kartun & Mice dari Segi
Humor Asa Berger.
A.2.1 Penciptaan humor kartun Benny & Mice pada
aspek bahasa.
Di
jelaskan oleh Berger bahwa teknik penciptaan humor memanfaatkan aspek-aspek bahasa yaitu makna dan bunyi
untuk melahirkan suasana lucu. Hal tersebut di anggap lucu karena apa yang di
praanggapkan dengan kenyataan tidak sejajar.
A.2.2 Penciptaan humor kartun Benny & Mice
pada aspek logika.
Tuturan humor ditinjau dalam proses
terjadinya menurut Berger tekniknya cukup beragam. Namun yang di kelompokan
secara garis besar ada empat kategori yg salah satunya adalah Logika (the humor
is ideation).
Teknik logika dalam mencapai kelucuan
biasanya berisi tentang kemustahilan, kiasan, kecelakaan, susunan, ketaksengajaan,
pembandingan, kekecewaan, ketidak pedulian, kesalahan, pengulangan, pemutarbalikan,
kekakuan.
A.3 Penciptaan
Humor Kartun Benny & Mice melalui penyimpangan Prinsip Kerja Sama.
Didalam komunikasi penutur selalu
berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, padat dan rigkas
sehingga mudah di pahami. Bila terjadi penyimpangan, ada implikasi-implikasi
tertentu yang hendak di capai oleh penutur. Namun apabila implikasinitu tidak
ada maka penutur melanggar kaidah-kaidah prinsip kerjasama.
A.3.1 Penciptaan humor kartun Benny & Mice
melalui maksim kuantitas.
Dalam percakapan, seseorang diharapkan
memberikan kontribusi seinformatif mungkin. Namun penyimpangan maksim kuantitas
justru dilakukan untuk mencapai kelucuan.
A.3.2
Penciptaan humor kartun Benny & Mice melalui penyimpangan maksim
kualitas.
Dalam percakapan, peseta percakapan
diwajibkan mengatakan hal yang sebenarnya dalam berkomunikasi. Namun dalam
humor ini maksim kualitas justru dilanggar untuk mencapai kelucuan.
A.3.3
Penciptaan humor kartun Benny & Mice melalui penyimpangan
maksim relevansi.
Percakapan yang wajar mewajibkan peserta
percakapan untuk memberikan reaksi atau
jawaban sesuai pembicaraan masalah. Namun dalam humor ini justru ketidak
relevanan percakapan menimbulkan kelucuan.
A.3.4
Penciptaan humor kartun Benny & Mice melalui penyimpangan
maksim pelaksanaan.
Maksim pelaksanaan mengharuskan
pesertanya untuk berbicara secara langsung, tidak taksa dan tidak
berlebih-lebihan serta runtut. Maksim ini dalam humor juga dilanggar untuk
memunculkan kelucuan.
2.2 Landasan Teori
Tindak
tutur atau tindak ujar dalam bahasa Inggrisnya speech act merupakan entitas
yang bersifat sentral dalam pragmatik. Karena sifatnya yang sentral itulah,
tindak tutur bersifat pokok dihalaman pragmatik. Pentingnya dan sentrlnya itu
tampak di dalam perannya bagi analisis topic pragmmatik lain. Tindak tutur
merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan,
perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama, prinsip kesantunan, dan
sebagainya.
Rasionalitas ditampilkannya istilah tindak tutur adalah bahwa
di dalam mengucapkan suatu ekspresi, pembicaraan tidak semata-mata mengatakan
sesuatu dengan mengucapkan ekspresi itu. Dalam pengucapan ekspresi itu ia juga
menindakkan sesuatu (Purwo 1990:19). Dengan mengacu kepada pendapat Austin
(1962), Gunawan (1994:43) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat
dilihat sebagai melakukan tindakan (act),
di samping memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu.
Humor memiliki peranan yang sangat penting, yakni sebagai sarana
hiburan dan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup manusia; sebagai
penglipur lara karena dapat menyalurkan ketegangan batin yang dapat dikendurkan
melalui tawa; dapat memelihara keseimbangan jiwa dan kesatuan sosial dalam
menghadapi keadaan yang tidak disangka-sangka.
Penelitian mengenai humor hampir semuanya berpijak pada konsep
ketidaksejajaran (incongruity),
pertentangan (conflict), dan
pembebasan (relief) (Wijana, 2004:
12). Apabila dilihat dari kacamata linguistik, pertentangan dan ketidaksejajaran
dalam humor terjadi karena dilanggarnya norma-norma pragmatik bahasa baik
secara tekstual maupun interpersonal. Secara tekstual, pelanggaran dilakukan
dengan penyimpangan prinsip kerja sama (cooperantiotive
principle) dan secara interpersonal dilakukan dengan penyimpangan prinsip
kesopanan (politeness principle)
serta parameter pragmatik (Wijana, 2004: 6).
2.3 Pembahasan
Humor dalam kehidupan
sehari-hari dapat memberikan warna tersenderi bagi setiap orang. Karena humor
dapat menimbulkan kelucuan yang dapat membuat orang lain tertawa. Dalam humor
itu pasti ada salah satu orang yang menjadi korban untuk bahan lelucon. Pada
saat proses kuliah din rombel lima prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
UNNES angkatan 2011 sering kali terjadi tindak tutur humor antar mahasiswa. Itu
semata-mata hanya untuk menjalin keakraban dalam rombel. Tindak tutur humor
yang sering terjadi di rombel lima yaitu berupa saling mengejek antar teman,
sindiran berupa pragmatik, dan mengerjai antar teman. Sebagai contoh :
DALAM KONTEKS KETIKA AKAN MENGIKUTI PORSIATER
JURUSAN BAHASA JAWA, YAITU LOMBA FUTSAL.
Bayu : “ Jong, dhewe sesok kudu menang lawan smester enem
lho”.
Yongki : “Apa dhewe ya iso?”
Jawaban Yongki yang sepertin itu dengan mukanya
yang datar, menjadikan bahan tertawaan teman-teman satu rombel.
Tindak tuturan antara
Bayu dan Yongki tersebut dapat dikategorikan tindak tutur humor, karena dapat
membuat orang lain tertawa dengan didukung ekspresi ciri khas mereka berdua.
Dalam humor juga
terdapat batasan-batasan agar tidak menjadikan orang lain tersinggung dengan
tindak tutur humor yang dilaksanakan temannya. Dalam penciptakan humor
Di rombel lima tidak melanggar etika dalam
humor. Itu dikarenakan semua yang mendengarkan tindak tuturan tersebut tertawa
semua dan jelas maksudnya. Dan juga tidak ada yang merasa tersinggung dengan
apa yang dituturkan.
Bab
III
Penutup
3.1 Simpulan
Tindak tutur humor meupakan bagian dari
warna-warni kehidupan sehari-hari. Tak hanya orang desa, kota, anak-anak, orang
tua, dan remaja. Humor juga digemari dalam lingkungan mahasiswa, seperti yang
dicontohkan dalam makalah ini. Dalam tindak tutur humor juga perlu
memperhatikan etika, jangan sampai membuat orang lain tersinggung dengan
lelucon kita.
3.1 Saran
Semoga
makalah ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, dan dapat dijadikan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. CV. IKIP Semarang Press: Semarang.
Wijaya, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. ANDI: Yogyakarta.
www.google/engertian humor. com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar